1 Petrus 2 : 1 – 10

Menjadi Batu Hidup Untuk Bangunan Rumah Rohani

Dalam masa-masa sulit, jangan menjadi jahat ini adalah penggalan puisi yang ditulis Weslly Johannes. Kalimat tersebut sederhana tetapi sangat bermakna dan bisa menjadi lampu kuning (hati-hati, peringatan) bagi banyak orang yang tengah mengalami pergumulan berat dan masa-masa sulit. Misalnya ketika kehadiran kita ditolak di suatu tempat, ketika karya-karya kita diabaikan, ketika pelayanan kita tidak mendapat sambutan yang baik, ketika kita difitnah, dijahati, dan disakiti. Keadaan yang tidak menyenangkan dan masa -masa sulit sering kali membuat banyak orang ingin berhenti menghasilkan kebaikan. Oleh sebab itu, tidak jarang orang-orang menyalahkan orang lain sebagai penyebab ia berbuat jahat, “Saya jahat karena dia. Saya tega karena situasi yang membuat saya begini”. Apakah itu dapat dibenarkan?

Kondisi umat Allah di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (ayat 1), pada saat itu sedang mengalami pergumulan yang berat. Pemerintahan Romawi mulai menganiaya orangorang Kristen yang tidak mau menyembah Kaisar. Nampaknya keadaan orang-orang Kristen di wilayah-wilayah itu mengalami krisis iman, sehingga surat ini ditulis untuk menguatkan umat Allah yang dianiaya tersebut. Dalam masa-masa sulit, jangan menjadi jahat. Buanglah segala halhal jahat, jangan berdusta, jangan berpura-pura, jangan iri hati, dan jangan menghina orang lain (lihat 2:1 Alkitab BIMK). Dalam 1 Petrus 2:1-10 dikatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di masa-masa sulit.

Pertama, dalam masa krisis jadilah seperti bayi yang baru lahir, yang selalu haus akan susu rohani murni. Susu rohani di sini diartinya sebagai Firman Allah (lihat: Alkitab Studi). Bak seorang bayi yang baru lahir, yang membutuhkan susu untuk dapat bertumbuh dan bertahan. Begitu juga dengan kita, dalam masa krisis tetaplah mengkonsumsi Firman Allah agar kita dapat bertahan dan terus bertumbuh dalam iman. Sebaliknya, ketika dalam masa-masa sulit itu kita bersikap pasif maka kita akan semakin kehilangan arah dalam hidup ini. Kedua, ingatlah selalu bahwa Yesus adalah batu penjuru. Batu penjuru adalah batu-batu besar yang ditempatkan di sudutsudut fondasi suatu bangunan. Batu yang pertama kali ditempatkan. Batu penjuru mempunyai peran yang di dalam pembangunan karena fungsinya adalah mengarahkan tahapan pembangunan selanjutnya, menjadi patokan. Dalam membangun iman kita, Yesus Kristus adalah fondasi yang kuat, tepat, dan kokoh, yang akan membantu kita untuk terus mampu membangun rumah rohani kita. Yesus jugalah yang menjadi patokan atas kehidupan kita, Ia pegang kendali atas hidup kita. Maka dari itu, Yesus adalah prioritas dan yang utama atas hidup kita. Kemana Yesus mengarahkan kita, ke situlah kita harus melangkah. Apa yang Yesus perintahkan, itu juga yang harus kita lakukan. Segala perbuatan Yesus semasa hidupNya, harus kita teladan. Seperti Yesus yang telah menderita di dunia, begitu juga kita diajarkan untuk beriman teguh, selalu melayani, dan bersukacita dalam penderitaan. Jangan biarkan penderitaaan, masa-masa sulit, dan pergumulan, meruntuhkan bangunan imanmu.